Goresan Mimpi Pemimpi


Goresan Mimpi Pemimpi

Talking about dream,many people have it. But a little bit people reach it.
Memang terdengar agak sombong. Bahkan sangat sombong jika seseorang secara bangga mengucapkan apa mimpinya kepada dunia. Padahal bisa jadi itu ada dua makna. Pertama,mungkin dia pada dasarnya ingin didengar. Kedua,dia hanya ingin memberi tahu pada dunia bahwa ini mimpiku!
Begitupun aku. Sama seperti lautan manusia lainnya dengan bermilyar mimpi seperti buih di lautan itu. Aku juga memiliki mimpi. But I can’t gave it to another people. I can’t. Karena walau bagaimanapun ini mimpiku. Hanya diriku yang berhak mengenyam apa yang aku impikan.
Dulu terkadang saya suka berbaring sambil menghadap ke arah langit saat malam hari. Menggerak-gerakkan jari mengarah ke langit. Mencoba melukis apa yang tertera di kepala dan mencoba mengukir apa yang tertanam dalam batin.
Namun ketika aku buka mata ini lebih luas lagi,dunia ini tidak menerimaku. Banyak sekali mimpi yang dicampakkan. Banyak sekali emas yang tergadaikan,banyak sekali harapan yang dipatahkan. Banyak. Banyak sekali.
Aku tahu memang bagi diriku mimpi mereka sama sekali tidak mempengaruhi apapun pada hidupku. Baik dari kehidupan sehari-hari bahkan untuk mimpi saya sendiri. Now that why i care about it? It not important for me. Ayolah,itu hanyalah membuang waktuku,tenagaku,dan juga pikiranku. I don’t care.
Tetapi lambat laun aku sadar,bahwa terkadang mimpi mereka sama sekali tidak egois. Tidak melulu tentang apa yang mereka inginkan agar hidup mereka bahagia,hidup mewah,anak keturunan terjamin. Terkadang mereka semua bermimpi tentang kesejahteraan sekelompok orang. Kebaikan sebagian umat. Dan menghapus kesenjangan antar masyarakat. Jarang sekalo bukan orang yang mampu berpikir seperti ini walaupun dibidangnya.
Dan di hidupku juga,aku yang selalu dicemooh oleh mereka. Ya,tentang mimpiku,mimpi orang tuaku,mimpi mereka. Mimpi sebagian orang yang tidak pernah bisa kesampaian. Mereka merendahkanku. It’s normal,bro. Terkadang orang juga tidak ingin mimpi kita terwujud kan?
Jujur,aku belajar banyak dari itu. Dimana aku tidak belajar bagaimana menjadi seperti batu karam. Semakin sering dia dihantam ombak maka semakin kikislah ia. Tidak. Aku belajar dari pohon mangrove dan beringin di pantai. Tak peduli semakin besar dan keras ombak yang menghantamnya,dia tetap tegak kokoh tak tertandingi. Sungguh,aku kagum.
Percayalah,aku tidak setangguh seperti yang aku tuliskan diatas tadi. Aku sadar diri betapa ketidakmampuanku ini bisa memupuskan mimpi itu. Suatu hal yang selalu kuukir dilangit dan hanya diriku dan Pencipta-Ku yang tahu. kondisi dan keadaan telah melemahkanku. Pernah suatu ketika diriku dalam kondisi terpuruk dimana aku harus benar-benar merobek mimpi itu. Merobeknya dengan rasa sakit. Bayangkan kawan jika apa yang kamu perjuangkan harus kau lepas. Tak sakitkah dirimu?
Namun sekarang ada secercah harapan untuk bangkit. Secercah harapan yang sedikit menerangi jalanku. Menuntun anak lugu sepertiku untuk semakin berkarya,mencipta,dan berbagi rasa. Meraih sebuah hal yang hampir terkoyak itu. Mungkin melalui sedikit bantuan ini,segala yang kuraih tidak akan menjadi mimpi belaka. Tidak akan ada lagi bualan yang akan kuceritakan pada anak cucuku nanti. Tidak ada hal yang akan disebut omong kosong itu lagi. Tidak akan. Sekali lagi tidak akan.
Dan sekarang aku memantapkan diriku. Terimakasih telah memilihku. Karenamu,aku percaya bahwa masih banyak tangan-tangan baik yang dengan rela hati mengulur demi menolong anak-anak malang sepertiku. Aku tidak bisa berjanji. Namun aku akan berusaha,suatu nanti aku yang akan menjadi tangan itu. Menjemput mimpi-mimpi anak yang bernasib sama sepertiku dahulu. Bismillah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Cinta Untuk Asrama (Memorandum indah satu tahun di penjara suci)

Si Garam di Kuah Rendang

Bahkan Bidadaripun Membalas Suratku